Rabu, 05 Desember 2012
Selasa, 10 Juli 2012
"PEMBODOHAN SISWA TERSISTEMATIS"
"sekolah"
sebagian anggapan banyak orang tua mungkin merupakan harapan
satu-satunya bagi pendidikan anak agar dapat meraih masa depan yang
gemilang. Namun celakanya harapan tersebut tampaknya mulai sirna .
Sekolah tidak lagi berdaya menghaslkan manusia yang tangguh menghadapi
tantangan baik moral maupun intelektual.
Orang
tua mana yang tidak menginginkan buah hatinya mendapatkan ilmu ketika
mengenyam pendidikan di bangku sekolah? Dari bangku SD hingga perguruan
tinggi. Karena dengan pendidikan, orang tua berharap sang buah hati bisa
ikut andil mengangkat derajat bangsa kita di mata dunia. Tapi, apa
jadinya ketika sang buah hati tidak menjadi pintar malah sebaliknya
“bodoh”.
Perilaku
pembodohan siswa yang tersistematis telah menjadi penyebab bagi
gagalnya pendidikan anak bangsa yang berkualitas. Perilaku pembodohan
tersebut kini bahkan sadar tidak sadar telah mendarah daging dalam
praktik pendidikan di Indonesia. Pemalsuan ijazah, penjualan gelar,
penyuapan dari orang tua ke guru, guru yang asal mengajar, hingga
pergantian penguasa yang tidak banyak membawa perubahan selain sekedar
berganti-ganti kurikulum.
Sebuah
realita, profesi guru di Indonesia merupakan tempat pelarian
orang-orang yang gagal memperoleh pekerjaan yang (katanya) lebih
menjamin kesejahteraan. Karena profesi guru merupakan tempat
pelarian, maka Indonesia pun hanya mencetak guru-guru yang tidak pantas
untuk menjadi guru, sehingga Indonesia hanya melahirkan guru-guru yang
text book. Akhirnya, setiap awal tahun ajaran baru, guru secara tidak
langsung menjeritkan bahwa “Maaf!!! Masyarakat miskin dilarang
sekolah!!!”, karena harus membeli buku-buku cetak yang baru yang sama
dengan gurunya.
Dan
sebenarnya, kemana system pendidikan kita akan berkiblat. Mungkinkah
karena perasaan egoisme, suka meniru, jika tidak dari luar negeri, kita
tidak menganggapnya baik, akhirnya menjadi carut marutlah system
pendidikan kita. Hingga akhirnya bangsa ini tidak memiliki karakter,
cirri, budaya, dan cara sendiri yang tentunya cocok dan sesuai untuk
system pendidikan kita
Dalam
bukunya, M. Joko Susilo mencoba membagi Perilaku pembodohan siswa yang
sering terjadi menjadi tiga kelompok yaitu pertama dalam rumah tangga
yang berbentuk kurangnya perhatian, menyuap sekolah (guru), pemaksaan
hak, menyuruh anak mencari nafkah, keras dalam mendidik. Kedua dalam
sekolah, perilaku pembodohan siswa yang sering terjadi di sekolah adalah
manipulasi nilai,guru tidak percaya diri, gaya belajar yang membodohkan
siswa, soal ujian sama persis dengan tahun sebelumnya, hukuman yang
tidak mendidik, guru yang tidak ideal. Ketiga pembodohan dalam
masyarakat diantaranya adalah budaya kapitalis, anarkis, kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pendidikan dan ijazah palsu. Dampak dari
kesalahan kebijakan pemerintah adalah termasuk tindakan pembodohan siswa
diantaranya mahalnya buku, pegadaan dan penyebaran guru, standarisasi
kelulusan siswa, mendiskriminasikan keberadaan sekolah swasta, sekolah
gratis.
Buku
tersebut memang memiliki unsur motivasi yang kuat. Boleh saja di
awal-awal bab kita akan banyak menemui kalimat kalimat berupa kritikan.
Tapi sebagai dosen, penulis memberikan saran, gagasan dan ide-ide yang
jika diimplementasikan dalam sistem pendidikan kita. Buku ini bagus
untuk di baca untuk: siswa, orang tua siswa, guru, wakil rakyat, dan
pihak pemerintahan (jika sempat), demi terwujudnya pendidikan yang
bermutu. Karena dalam mewujudkan dan mencetak SDM yang gerkualitas,
perlu adanya kerjasama antara pihak-pihak yang bersangkutan. Buku yang
berjudul “pembodohan siswa tersistematis”, tersebut menggambarkan sang
penulis sebagai figur yang peduli akan dunia pendidikan kita.
Begitu memprihatinkan jika sekolah dijadikan sebagai ajang aplikasi dari metode pembelajaran siswa tersistematis sedangkan untuk mencapai pendidikan yang berkarakter salah satu adzab yang seharusnya dijalankan oleh seorang pendidik adalah menuntun peserta didik untuk menuju sebuah perubahan manusia yang dapat menjembatani bagaimana pendidikan yang sesungguhnya diaplikasikan dalam dunia pendidikan demi terciptanya manusia yang berkarakter sekaligus sebagai penerus perubahan bangsa.
Minggu, 20 Mei 2012
MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS
MENGHITUNG LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS
Makalah ini kami ajukna untuk memenuhi mata kuliah “Matematika
3”
Disusun oleh:
Sri Wahyuni
210610060
Dosen pengampu:
Kurnia Hidayati, M.Pd
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
KELAS PGB/SEMESTER IV
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PONOROGO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki objek yang abstrak
dan dibangun melalui proses penalaran melalui penalaran yang bersifat deduktif,
yaitu kebenaran yang didapatkan sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya
yang telah disepakati. Di samping itu didalam matematika keterkaitan antara
satu konsep dengan konsep yang lainnya sangat kuat, akurat dan jelas.
Dalam kehidupn sehari-hari sering kita jumpai bentuk-bentuk bangun
ruang seperti kotak pensil, almari, kulkas, ruang kelas. Dalam suatu ruang kita
bias mengamati bahwa atap dan dinding merupakan bagian dari bangun ruang,
karena itulah dalam bab ini akan dibahas tentang bangun ruang kubus.
B.
Rumusan Masalah
a)
Bagaimana menghitung luas permukaan kubus?
b)
Bagaimana menghitung luas volume kubus?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Menghitung Luas Permukaan Kubus
Kubus merupakan bangun ruang yang paling banyak terdapat dalam
kehidupan sehari-hari. Mulai dari bentuk mainan anak, peralatan sekolah,
peralatan kerja sampai peralatan berteknologi tinggi. Kubus adalah bangun ruang
yang dibatasi oleh enam daerah persegi yang kongruen.
Untuk menghitung luas permukaan kubus harus dipahami terlebih
dahulu luas bangun persegi. Luas permukaan kubus adalah jumlah luas seluruh
permukaan (bidang) kubus, luas jaring-jaring kubus, itulah yang merupakan luas
permukaan kubus.
Perhatikan
kembali perubahan dari sebuah kubus sebagai bangun ruang menjadi jaring-jaring
kubus sebagai bangun datar.
Sebagaimana telah diketahui bahwa sebuah kubus dibangun oleh 6
(enam) persegi yang kongruen. Dengan demikian Luas Permukaan Kubus adalah luas
permukaan 6 persegi pembentuknya, sehingga apabila dirumuskan menjadi:
Luas Permukaan Kubus = 6 x luas daerah persegi pembentuknya
L =
6 x (s x s)
L =
6 x s2
L =
6 s2 .[1]
Contoh soal:
1.
Hitung
Luas permukaan kubus dengan panjang rusuk 7 cm !
Jawab :
Luas permukaan kubus = 6 x s2
= 6 x 72
= 6 x 49
= 294 cm2
Luas permukaan kubus = 6 x s2
= 6 x 72
= 6 x 49
= 294 cm2
2.
Luas permukaan
kubus adalah 600 cm2. Hitung panjang rusuk kubus tersebut !
Jawab :
Luas permukaan kubus = 6 x s2
600 = 6 x s2
600 = 6 x s2
s2 =
600/6
s2 =
100
s =
s = 10 cm2
B. Menghitung Volume Kubus
Untuk
menyatakan besar suatu bangun ruang digunakan volume. Volume suatu bangun ruang
ditentukan dengan membandingkan dengan satuan pokok volume, misalnya 1cm3.
Untuk menghitung volume kubus adalah rusuk x rusuk x rusuk (r3).
Jika rusuk suatu kubus 1 cm maka volume kubus 1 cm3.
Volume
kubus= s x s x s. atau s3.
Contoh
soal:
1.
Sebuah
kubus memiliki panjang 6 cm, hitunglah volumenya!
Jawab:
Volume Kubus = s x s x s
= 6 x 6 x 6
= 216 cm3
2.
Pak
Rizki membuat tempat pembuangan sampah di kebunnya. Panjang 2 m, lebar 1 m,
dan dalamnya 80 cm. Berapa meter kubik tanah yang digali?
Jawab:
Diketahui: panjang =
2 m
Lebar = 1 m
Dalam = 80 m
Ditanya: banyak galian?
Dijawab: volume tanah= 2 m x 1 m x 80 cm
=
200 cm x 100 cm x 80 cm
=
4.800.000 cm3
= 4,8 m3.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi
yang kongruen.
Rumus
Luas Permukaan Kubus= 6 x s x s
Untuk
menyatakan besar suatu bangun ruang digunakan volume
Rumus
Volume kubus= s x s x s.
Langganan:
Postingan (Atom)